Jum'at, 27 November 2009 | 20:43 WIB
TEMPO Interaktif, Jayapura - Puluhan masyarakat yang mengaku keluarga Buktar Tabuni, terpidana tiga tahun penjara dalam kasus penghasutan massa melawan pemerintah, mendatangi Lembaga Permasyarakatan Kelas I Abepura, Kota Jayapura, Papua, Jumat (27/11) siang. Mereka datang hendak bertemu dengan Buktar yang dikabarkan telah dianiaya dua oknum petugas Lembaga Pemasyarakatan dan empat tahanan titipan Tentara Nasional Indonesia yang selama ini ditugasi membantu petugas Lembaga Pemasyarakatan. Menurut para warga yang mengaku keluarga Buktar di hadapan Kepala Lapas Kelas I Abepura, Anthonius Ayorbaba, saat diterima di halaman Kantor Lapas Kelas I Abepura, mereka ingin bertemu dan melihat langsung kondisi Buktar,. Selain itu, warga juga mempertanyakan adanya kehadiran empat tahanan TNI di dalam Lapas Kelas I Abepura yang dianggap telah ikut menganiaya Buktar pada Kamis (26/11) malam. Usai dialog sekiar pukul 14.00 WIT, akhirnya beberapa perwakilan massa diizinkan bertemu dengan Buktar. Hanya saja, wartawan tak diizinkan untuk ikut meliput. Bagaimana Anda bisa meletakkan batas belajar lebih banyak? Bagian berikutnya mungkin berisi bahwa salah satu sedikit hikmat yang mengubah segalanya.Dari data yang didapat, kedatangan para warga yang mengaku keluarga Buktar ke Lapas Kelas I Abepura ini dipicu akibat adanya pemukulan terhadap Buktar pada Kamis (26/11) malam, sekitar pukul 19.00 WIT. Pemukulan diduga dilakukan oknum petugas Lapas dan empat tahanan titipan Oditur Polisi Militer (Opmil). Akibatnya, pada Jumat (27/11) pagi, para tahanan dan narapidana di dalam Lapas yang mengetahui kejadian pemukulan Buktar ini marah dan mengamuk dengan merusak sebagian fasilitas Lapas. Bahkan tahanan sempat mengobrak-abrik ruangam data Lapas, serta memecahkan kaca dan menghancurkan beberapa unit komputer milik Lapas Kelas I Abepura. Menurut Anthonius, aksi penganiayaan terhadap Buktar berawal ketika Buktar menolak kembali ke dalam sel tahanan yang ada di dalam Lapas. Buktar beralasan menolak masuk ke dalam selnya, sebelum air yang ada dalam ruang selnya mengalir. Akibatnya, sempat terjadi adu mulut antara para petugas dengan Buktar yang berakhir adanya pemukulan, kata dia, Jumat (27/11) sore.
Sedangkan menurut Piter Ell, salah satu kuasa hukum Buktar, kejadian ini telah diselesaikan dengan cara adat. Kerusakan yang dilakukan Buktar pada Kamis (26/11) sebelumnya di dalam Lapas, akan ditanggung pihak keluarga Buktar. Terus hari ini (Jumat, 27/11), empat tahanan TNI dari Polisi Militer yang sedang dititip di Lapas Abepura akan dikembalikan ke Oditur Polisi Militer (Opmil), kata Piter, Jumat (27/11) sore. Di tempat terpisah, Kepala Oditur Polisi Militer Letnan Kolonel Heru Yesus mengatakan empat tahanan TNI di dalam Lapas Kelas I Abepura itu hanya titipan sementara dan sudah disetujui pihak Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Provinsi Papua. Kami titip di Lapas Abepura itu karena rumah tahanan militer (RPM) milik kami telah penuh. Sebetulnya ke empat tahanan TNI ini juga akan secepatnya dikirim ke Mahkamah Militer di Makassar, Sulawesi Selatan, tapi sampai kini dananya belum mencukupi, terang dia, Jumat (27/11) sore. Kini empat tahanan mantan anggota TNI itu diamankan pihak Polisi Militer di Kota Jayapura. Buktar Tabuni merupakan pemimpin International Parliamentarians for West Papua yang diresmikan pada Oktober 2008.
CUNDING LEVI
No comments:
Post a Comment