Benghazi, Libya (tvOne) Protes anti-pemerintah di Libya timur menewaskan sedikitnya 20 orang di Benghazi dan tujuh orang di Derna, kata situs surat kabar Oea yang dekat dengan Seif al-Islam, putra pemimpin Libya Moamer Kadhafi, Jumat. Menurut Oea, 20 korban tewas dimakamkan di kota kedua Libya, Benghazi, pada Jumat. Satu sumber medis mengatakan sebelumnya bahwa 14 orang tewas dalam kerusuhan itu. Di Derna, sebelah timur Benghazi, tujuh orang tewas dalam protes: lima jenazah dimakamkan Jumat dan dua masih berada di rumah sakit. Dengan kematian itu, jumlah orang yang dilaporkan tewas sejak demonstrasi meletus di Libya pada Selasa menjadi 41, menurut hitungan AFP yang dihimpun dari sumber-sumber lokal yang berbeda. Is everything making sense so far? If not, I'm sure that with just a little more reading, all the facts will fall into place.
Aktivis pro-demokrasi di sejumlah negara Arab, termasuk Libya, tampaknya terinspirasi oleh pemberontakan di Tunisia dan Mesir yang berhasil menumbangkan pemerintah yang telah berkuasa puluhan tahun. Buntut dari demonstrasi mematikan selama lebih dari dua pekan di Mesir, Presiden Hosni Mubarak mengundurkan diri Jumat (11/2) setelah berkuasa 30 tahun dan menyerahkan kekuasaan kepada Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata, sebuah badan yang mencakup sekitar 20 jendral yang sebagian besar tidak dikenal umum sebelum pemberontakan yang menjatuhkan pemimpin Mesir itu. Sampai pemilu dilaksanakan, dewan militer Mesir menjadi badan eksekutif negara, yang mengawasi pemerintah sementara Perdana Menteri Ahmed Shafiq. Di Tunisia, demonstran juga menjatuhkan kekuasaan Presiden Tunisia Zine El Abidine Ben Ali pada Januari. Ben Ali meninggalkan negaranya pertengahan Januari setelah berkuasa 23 tahun di tengah tuntutan yang meningkat agar ia mengundurkan diri meski ia telah menyatakan tidak akan mengupayakan perpanjangan masa jabatan setelah 2014. Ia dikabarkan berada di Arab Saudi. Ia dan istrinya serta anggota-anggota lain keluarganya kini menjadi buronan dan Tunisia telah meminta bantuan Interpol untuk menangkap mereka.
Aktivis pro-demokrasi di sejumlah negara Arab, termasuk Libya, tampaknya terinspirasi oleh pemberontakan di Tunisia dan Mesir yang berhasil menumbangkan pemerintah yang telah berkuasa puluhan tahun. Buntut dari demonstrasi mematikan selama lebih dari dua pekan di Mesir, Presiden Hosni Mubarak mengundurkan diri Jumat (11/2) setelah berkuasa 30 tahun dan menyerahkan kekuasaan kepada Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata, sebuah badan yang mencakup sekitar 20 jendral yang sebagian besar tidak dikenal umum sebelum pemberontakan yang menjatuhkan pemimpin Mesir itu. Sampai pemilu dilaksanakan, dewan militer Mesir menjadi badan eksekutif negara, yang mengawasi pemerintah sementara Perdana Menteri Ahmed Shafiq. Di Tunisia, demonstran juga menjatuhkan kekuasaan Presiden Tunisia Zine El Abidine Ben Ali pada Januari. Ben Ali meninggalkan negaranya pertengahan Januari setelah berkuasa 23 tahun di tengah tuntutan yang meningkat agar ia mengundurkan diri meski ia telah menyatakan tidak akan mengupayakan perpanjangan masa jabatan setelah 2014. Ia dikabarkan berada di Arab Saudi. Ia dan istrinya serta anggota-anggota lain keluarganya kini menjadi buronan dan Tunisia telah meminta bantuan Interpol untuk menangkap mereka.
No comments:
Post a Comment