Jakarta, (tvOne) Institut Teknologi Bogor mengembangkan minyak dari biji bintaro sebagai energi alternatif bagi warga Teluk Meranti, Riau. Pengembangan minyak itu hasil kerja sama IPB dengan PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) sebagai upaya pemanfaatan sumber daya lokal dan pemberdayaan masyarakat, kata Direktur Utama RAPP Kusnan Rahmin dalam siaran pers, di Jakarta, Minggu. "Pengembangan minyak biji bintaro menjadi energi alternatif itu dipicu oleh mahalnya harganya minyak tanah. Akibatnya, warga setempat mulai menggunakan kayu sebagai bahan bakar," ujarnya. Kusnan mengatakan, warga Teluk Meranti bisa memanfaatkan minyak biji bintaro sebagai energi alternatif untuk kebutuhan rumah tangga mereka. "Hasil penelitian IPB diharapkan dapat memberi solusi bagi warga Teluk Meranti untuk memenuhi kebutuhan energi dan memberi manfaat secara ekonomi, sekaligus menjaga kelestarian hutan di Semenanjung Kampar," tuturnya. If you find yourself confused by what you've read to this point, don't despair. Everything should be crystal clear by the time you finish.
Pengembangan biji bintaro menjadi energi alternatif itu dilakukan IPB sekitar empat bulan. "Dengan kajian ini, kami berharap masyarakat setempat memiliki aktivitas tambahan untuk pengolahan minyak nabati sebagai upaya memenuhi kebutuhan energinya secara mandiri, yang kemudian bisa meningkatkan pendapatan masyarakat," kata Kusnan. Sementara itu, Ketua Tim Peneliti Pengembangan Minyak Nabati Biji Bintaro dari Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Aris Purwanto, menjelaskan, pohon bintaro dipilih karena tanaman tersebut menghasilkan buah sepanjang tahun. Selain itu, bijinya berpotensi menghasilkan minyak. "Kulit buah bintaro yang berserat dapat digunakan sebagai bahan baku papan partikel atau dapat dijadikan sebagai bahan bakar secara langsung. Bisa juga diubah menjadi briket untuk bahan bakar tungku," kata dia. Pohon bintaro sangat banyak ditemukan di Teluk Meranti. Pohon itu tidak membutuhkan pemeliharaan secara khusus. Penggunakan energi elternatif tersebut diharapkan bisa menekan penebangan hutan. Program itu, kata Aris, juga menjadi salah satu dukungan terhadap program pemerintah dalam mengembangkan desa mandiri energi. "Dengan adanya penelitian ini, masyarakat sekitar memiliki alternatif sumber energi secara mandiri yang bersifat terbarukan yang bahan bakunya ada di wilayah ini juga," kata Aris.
Pengembangan biji bintaro menjadi energi alternatif itu dilakukan IPB sekitar empat bulan. "Dengan kajian ini, kami berharap masyarakat setempat memiliki aktivitas tambahan untuk pengolahan minyak nabati sebagai upaya memenuhi kebutuhan energinya secara mandiri, yang kemudian bisa meningkatkan pendapatan masyarakat," kata Kusnan. Sementara itu, Ketua Tim Peneliti Pengembangan Minyak Nabati Biji Bintaro dari Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Aris Purwanto, menjelaskan, pohon bintaro dipilih karena tanaman tersebut menghasilkan buah sepanjang tahun. Selain itu, bijinya berpotensi menghasilkan minyak. "Kulit buah bintaro yang berserat dapat digunakan sebagai bahan baku papan partikel atau dapat dijadikan sebagai bahan bakar secara langsung. Bisa juga diubah menjadi briket untuk bahan bakar tungku," kata dia. Pohon bintaro sangat banyak ditemukan di Teluk Meranti. Pohon itu tidak membutuhkan pemeliharaan secara khusus. Penggunakan energi elternatif tersebut diharapkan bisa menekan penebangan hutan. Program itu, kata Aris, juga menjadi salah satu dukungan terhadap program pemerintah dalam mengembangkan desa mandiri energi. "Dengan adanya penelitian ini, masyarakat sekitar memiliki alternatif sumber energi secara mandiri yang bersifat terbarukan yang bahan bakunya ada di wilayah ini juga," kata Aris.
No comments:
Post a Comment