Pati, (tvOne). Sedikitnya 14 desa di wilayah Kabupaten Pati Jawa Tengah terendam banjir akibat hujan selama empat hari yang terus mengguyur wilayah itu. Ketinggian air di ruas jalan desa rata-rata mencapai satu meter, sedangkan di dalam rumah warga ketinggian air mencapai lutut orang dewasa. Banjir mengakibatkan aktivitas warga menjadi terganggu. Sementara sarana transportasi yang digunakan oleh warga dengan menggunakan sampan sebagai transportasi darurat. You can see that there's practical value in learning more about mobil keluarga ideal terbaik indonesia. Can you think of ways to apply what's been covered so far?
Desa yang paling parah terendam banjir yakni dukuh Biteng Desa Banjarsari, Srikaton, Tanjang, Kasian dan Mintobasuki, Kecamatan Gabus. Salah seorang warga Dukuh Biteng, Tasmi mengatakan banjir sudah terjadi sejak tiga hari yang lalu. Banjir disebabkan karena curah hujan yang tinggi serta luapan sungai Juwana yang tak mampu lagi menamoung debit air. Jika hujan masih terus mengguyur ketinggian air diperkirakan akan bertambah. Kepala Dusun Dukuh Biteng Banjarsari, Marzuki menuturkan banjir yang melanda wilayahnya terjadi hampir setiap tahun di musim penghujan. Selain kondisi geografis wilayah ini berada di daratan cekung, Luapan Sungai Juwana yang belum juga dinormalisasi membuat banjir seakan menjadi tamu rutin di daerah ini. Meski ketinggian air sudah mengganggu aktifitas warga, namun mereka masih enggan mengungsi. Sebagian diantaranya justru memanfaatkan air banjir untuk keperluan rumah tangga seperti mencuci pakaian.
Desa yang paling parah terendam banjir yakni dukuh Biteng Desa Banjarsari, Srikaton, Tanjang, Kasian dan Mintobasuki, Kecamatan Gabus. Salah seorang warga Dukuh Biteng, Tasmi mengatakan banjir sudah terjadi sejak tiga hari yang lalu. Banjir disebabkan karena curah hujan yang tinggi serta luapan sungai Juwana yang tak mampu lagi menamoung debit air. Jika hujan masih terus mengguyur ketinggian air diperkirakan akan bertambah. Kepala Dusun Dukuh Biteng Banjarsari, Marzuki menuturkan banjir yang melanda wilayahnya terjadi hampir setiap tahun di musim penghujan. Selain kondisi geografis wilayah ini berada di daratan cekung, Luapan Sungai Juwana yang belum juga dinormalisasi membuat banjir seakan menjadi tamu rutin di daerah ini. Meski ketinggian air sudah mengganggu aktifitas warga, namun mereka masih enggan mengungsi. Sebagian diantaranya justru memanfaatkan air banjir untuk keperluan rumah tangga seperti mencuci pakaian.
No comments:
Post a Comment