Kamis, 10 Desember 2009 | 12:50 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta -PT Pertamina (Persero) akan mengajukan gugatan arbitrase kepada debitornya, PT Trans-Pacific Petrochemical Indotama. "Mereka sudah default (gagal bayar) berkali-kali," ujar Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan hari ini (10/12) di Jakarta. "Nanti kami yang salah kalau mereka tidak ada tindakan apa pun."
Menurutnya, utang Trans-Pacific Petrochemical Indotama sebesar US$ 300 juta tidak bisa dijadikan saham. "Itu bukan equity tapi likuiditas," katanya. Direktur Keuangan Pertamina Ferederick ST Siahaan berpendapat serupa. "Kalau bisa dibayar lebih baik, daripada dikonversi jadi saham," ujarnya. Trans-Pacific Petrochemical Indotama merupakan perusahaan pengolah bahan bakar minyak di Tanjung Awar-Awar, Tuban, Jawa Timur. Perusahaan itu dengan Pertamina memiliki perjanjian swap pada 2004. Perjanjian berawal setelah perusahaan gagal bayar kepada beberapa bank saat krisis moneter 1998. Trans-Pacific Petrochemical Indotama lalumendapat pinjaman US$ 600 juta dari Japan Bank for International Cooperation dan perbankan Jepang. Komite Kebijakan Sektor Keuangan akhirnya meminta Pertamina untuk membantu Trans-Pacific Petrochemical Indotama dengan mekanisme swap produk. Sepertinya informasi baru ditemukan tentang sesuatu setiap hari. Topik dan kata kunci% dari% tidak terkecuali. Jauhkan membaca lebih segar untuk mendapatkan berita tentang berita indonesia.Dalam mekanisme itu, Pertamina berkomitmen untuk memasok Low Sulphur Waxy Residue (LSWR) untuk Mitsui, perusahaan Jepang. Pembayaran produk bahan bakar minyak akan dilakukan Mitsui ke Japan Bank for International Cooperation. Sebagai gantinya Pertamina akan mendapat produk destilasi termasuk minyak tanah, dari Trans-Pacific Petrochemical Indotama. Pertukaran itu mulai pada 2006 atau setelah kilang Trans-Pacific Petrochemical Indotama beroperasi dan berakhir jika nilai jual-beli bahan bakar minyak US$ 600 juta. Namun akhir 2007 pasokan Trans-Pacific Petrochemical Indotama ke Pertamina tersendat. Sampai saat ini jumlah utang produk Trans-Pacific Petrochemical Indotama mencapai US$ 100 juta. Perusahaan juga memiliki hutang US$ 200 juta untuk kondesat yang mereka beli dari Pertamina. Saham Trans-Pacific Petrochemical Indotama 59,5 persen dikuasai oleh Tuban Petro, 15 persen oleh Pertamina, dan 25,5 persen sisanya dimiliki oleh beberapa perusahaan asing.
SORTA TOBING{ size: 8.27in 11.69in; margin: 0.79in } P { margin-bottom: 0.08in } -->
No comments:
Post a Comment